Hari ini kita akan belajar materi dibawah ini, semoga kita diberikan kesehatan oleh Allah SWT dan dapat belajar dengan optimal.
JUJUR, AMANAH, DAN ISTIKOMAH
A.
JUJUR
1. Mari Berprilaku Jujur?
Jujur adalah kesesuaian sikap antaraperkataan dan
perbuatan yang sebenarnya. Apa yang diucapkan memang itulah yang sesungguhnya
dan apa yang diperbuat itulah yang sebenarnya.Kejujuran sangat erat kaitannya
denganhati nurani. Kata hati nurani adalahsesuatu yang murni dan suci. Hati
nuraniselalu mengajak kita kepada kebaikan dankejujuran. Namun, kadang, kita
engganmengikuti hati nurani. Bila kita melakukansesuatu yang tidak sesuai hati
nurani,maka itulah yang disebut dusta. Apabilakita katakan sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenyataan, itulah yang dinamakanbohong. Dusta atau bohong
merupakan lawan kata jujur. Mengapa kita harus jujur? Jujur itu penting. Berani
jujur itu hebat. Sebagai makhluk sosial, kita memerlukan kehidupan yang
harmonis, baik, dan seimbang. Agar tidak ada yang dirugikan, dizalimi dan
dicurangi, kita harus jujur. Jadi, untuk kehidupan yang lebih baik kuncinya
adalah kejujuran. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi:
“Dari Abdullah ibn Mas’ud r.a., Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu
membawa ke surga...” (H.R. Bukhori)
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “kejujuran itu mahal”. Ya,
kejujuran memang sangat mahal karena berkata jujur itu terkadang sangat berat.
Akan tetapi, agar dapat dipercaya orang, kita harus jujur. Rasulullah saw.
telah memberi contoh nyata kepada kita. Pada masa jahiliyah sangat sulit
mencari orang yang jujur. Dengan kejujuran Rasulullah saw. Menjadi orang yang
paling terpercaya. Beliau mendapat gelar al-Am³n (dapat dipercaya) dari
bangsa Quraisy. Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan
orang lain tidak percaya. Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong
membuat hati jadi was-was. Akan tetapi, kadangkala ada orang yang tidak suka
dengan kejujuran. Hal ini dapat terjadi kalau orang itu akan terganggu oleh
kejujuran kita itu. Meskipundemikian jangan takut dan risau karena lebih banyak
pihak yang mendukung kejujuran. Kejujuran merupakan bagian dari akhlak yang
diajarkan dalam Islam. Seharusnya sifat jujur juga menjadi identitas seorang
muslim. Katakan bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu salah.
Jangan dicampuradukkan antara yang hak dan yang batil. Allah Swt. berfirman:
“Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan
kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya
” (Q.S. al-Baqarah/2: 42)
Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah
menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang
berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur
dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri. Sebagaimana yang terdapat dalam
hadits yang shahih bahwa Nabi bersabda,
“Senantiasalah kalian jujur, karena
sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa
kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur,
akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah
kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan
membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta,
hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
2.
Macam-Macam Kejujuran
a. Jujur
dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal
tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya
bisa dikatakan sebagai pendusta;
b. Jujur
dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali
dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang
paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran;
c. Jujur
dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau
Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan
Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi
adakalanya juga ragu-ragu atau dusta.
d. Jujur
dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah
berbeda antara amal lahir dengan amal batin;
e. Jujur
dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana
jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal.
3. Hikmah atau manfaat dari perilaku jujur adalah:
a.
mendapatkan
kepercayaan dari orang lain,
b.
mendapatkan banyak
teman,
c. dan mendapatkan ketentraman hidup karena tidak
memiliki kesalahan terhadap orang lain.
B.
AMANAH
1. Mari Berprilaku Amanah?
Amanah artinya terpercaya (dapat dipercaya). Amanah
juga berarti pesan yang dititipkan dapat disampaikan kepada orang yang berhak.
Amanah yang wajib ditunaikan oleh setiap orang adalah hak-hak Allah Swt.,
seperti salat, zakat, puasa, berbuat baik kepada sesama, dan yang lainnya.
Amanah berkaitan erat dengan tanggung jawab. Orang yang menjaga amanah biasanya
disebut orang yang bertanggung jawab. Sebaliknya, orang yang tidak menjaga
amanah disebut orang yang tidak bertanggung jawab. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa menjaga amanah itu penting. Kalau kalian setuju dengan
pernyataan ini, mulai sekarang kalian harus berlatih untuk menjaga amanah.
Kalian harus berlatih untuk bertanggung jawab. Untuk berlatih tidak sulit.
Mulailah dari menjaga amanah yang kecil-kecil, seperti bertanggung jawab saat
piket kebersihan. Kalian belajar dan sekolah dengan sungguh-sungguh. Itu juga
bagian dari menjaga amanah. Melaksanakan ibadah salat juga bagian dari menjaga
amanah dari Allah Swt. Ternyata, tanpa disadari kalian sudah mulai berlatih
menjaga amanah. Siapa tahu kelak di antara kalian ada yang mendapat amanah
untuk menjadi seorang pemimpin. Jika kalian berlatih mulai dari sekarang, pada
saat menjadi pemimpin tentu tidak sulit untuk menjaga amanah. Rasulullah saw.
bersabda:
“Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda:“Setiap kalian
adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban
perihal rakyat yang dipimpinnya...” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Nah, sekarang saatnya kalian mengetahui macam-macam
bentuk amanah.
Amanah itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Amanah terhadap Allah Swt.
Amanah ini berupa ketaatan akan segala perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya. Allah Swt. berfirman:
”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kalian
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
(Q.S. al-Anfal/8: 27)
Contoh amanah kepada Allah Swt. yaitu menjalankan semua yang
diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarangnya. Bukankah kita diciptakan
oleh Allah Swt. untuk mengabdi kepada-Nya? Orang yang mengabdi kepada-Nya
berarti telah memenuhi amanahNya. Orang yang tidak mengabdi kepada-Nya berarti
telah mengingkari amanah-Nya.
b. Amanah terhadap sesama manusia.
Amanah ini meliputi hak-hak antar sesama manusia. Misalnya,
ketika dititipi pesan atau barang, maka kita harus menyampaikannya kepada yang
berhak. Allah Swt. berfirman:
“Sesungguhnya Allah Swt. menyuruh kamu untuk menyampaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya... ” (Q.S. an-Nisa’/4: 58)
c. Amanah terhadap diri sendiri.
Amanah ini dijalani
dengan memelihara dan menggunakan segenap kemampuannya demi menjaga
kelangsungan hidup, kesejahteraan, dan kebahagiaan diri. Allah Swt. berfirman:
“Dan (sungguh
beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya ”(Q.S.
al-Mu’minµn/23: 8)
2.
Perilaku amanah dalam kehidupan
sehari-hari bisa diwujudkan melalui berbagai kegiatan seperti :
a. Menjaga
titipan dan mengembalikannya dalam keadaan semula. Apabila kita dititipi
sesuatu dari orang lain, misal barang berharga seperti emas, rumah ataupun
barang lainnya, maka kita haruslah menjaga barang tersebut dengan sebaik
mungkin. Pada saat barang titipan tersebut diambil kembali oleh pemiliknya,
maka kita pun harus mengembalikannya seperti sedia kala.
b. Menjaga
rahasia. Apabila kita dipercayai oleh orang lain untuk menjaga rahasia, baik
itu rahasia pribadi, keluarga, organisasi maupun rahasia negara maka kita wajib
untuk menjaganya sehingga tidak bocor kepada orang lain.
c. Tidak
untuk menyalahgunakan jabatan. Jabatan merupakan amanah yang wajib untuk
dijaga. Apabila kita diberikan jabatan dalam bentuk apapun, maka kita harus
menjaga amanah tersebut. Segala bentuk penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan
pribadi, keluarga, maupun kelompok termasuk perbuatan apapun itu yang melanggar
amanah.
d. Memelihara
semua nikmat yang sudah diberikan oleh Allah SWT berupa umur, harta benda,
ilmu, kesehatan dan lainnya. Semua nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada
umat manusia merupakan bentuk amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya.
C.
Hikmah Perilaku Amanah
1. Dipercayai
oleh orang lain, ini bisa menjadi modal yang sangat berharga dalam menjalin
suatu hubungan atau berinteraksi antar sesama manusia.
2. Mendapat
simpati dari berbagai pihak, baik itu kawan maupun lawan.
3. Hidupnya
akan sukses dan dimudahkan jalannya oleh Allah Swt.
D.
ISTIKOMAH
1. Mari Berprilaku Istikomah?
Istikomah berarti sikap kukuh pada pendirian dan
konsekuen dalam tindakan. Dalam makna yang luas, Istikomah adalah
sikap teguh dalam melakukan suatu kebaikan, membela dan mempertahankan keimanan
dan keislaman, walaupun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.
Seseorang yang mempunyai
sifat Istikomah bagaikan batu karang yang berada di tengah-tengah
lautan yang tidak tergeser sedikit pun, meskipun dihantam oleh gelombang yang
sangat besar.
Istikomah terwujud karena adanya keyakinan akan
kebenaran dan siap menanggung risiko. Sikap ini wajib dimiliki setiap muslim,
termasuk kita sebagai pelajar. Istikomah dapat membantu kita untuk
membentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu,
kita sebagai pelajar harus memberikan contoh yang baik kepada siapa saja dalam
kehidupan kita sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat sekitar. Allah Swt. berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istiqmah,
tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih
hati”(al-Ahqaf: 13)
Ayat
di atas menjelaskan sikap orang-orang Istikomah, yaitu menepati dan
mengikuti garis-garis yang telah ditentukan oleh agama, menjalankan semua
perintah Allah Swt. dan meninggalkan semua larangan-Nya. Orang yang semacam itu
tidak perlu khawatir terhadap diri mereka di hari kiamat karena Allah Swt.
menjamin keselamatan mereka.
2. Hikmah Perilaku Istikomah
Di antara hikmah perilaku Istikomah adalah
sebagai berikut.
a. Orang
yang Istikomah akan dijauhkan oleh Allah Swt. dari rasa takut dan
sedih sehingga dapat mengatasi rasa sedih yang menimpanya, tidak hanyut dibawa
kesedihan dan tidak gentar dalam menghadapi kehidupan masa yang akan datang.
b. Orang
yang Istikomah akan mendapatkan kesuksesan dalam kehidupan di dunia
karena ia tekun dan ulet.
c. Orang
yang Istikomah dan selalu sabar serta mendirikan salat akan
selalu dilindungi oleh Allah Swt.
3.
Perilaku Istikomah dalam
Kehidupan Sehari-hari
Perilaku Istikomah dapat
diwujudkan memalui kegiatan:
a. selalu
menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya dalam keadaan apa pun
dan di mana pun;
b. melaksanakan salat tepat
pada waktunya;
c. belajar
terus menerus hingga paham;
d. selalu
menaati peraturan, baik yang ada di rumah, sekolah, maupun masyarakat;
e. selalu
menjalankan kewajibannya dengan rasa senang dan nyaman, tidak merasa dipaksa
atau dibebani.
0 comments:
Posting Komentar