Hari ini kita akan belajar materi dibawah ini, semoga kita diberikan kesehatan oleh Allah SWT dan dapat belajar dengan opitmal.
PERILAKU OPTIMIS, IKHTIAR, DAN TAWAKAL
DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS
A.
Q.S. Az-Zumar/39: 53
Artinya: Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Arti
Mufradat
Isi
kandungan
Allah SWT. memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya
yang telah melampaui batas dalam maksiat tentang luasnya kemurahan-Nya, dan Dia
mendorong mereka kembali kepada-Nya sebelum waktu untuk itu tidak ada lagi,
yaitu setelah mati. Yaitu dengan mengikuti semua hawa nafsu yang mereka
inginkan yang berupa perbuatan-perbuatan dosa dan mengerjakan perbuatan yang
dimurkai oleh Allah Yang Maha Mengetahui semua yang gaib.
Sehingga kamu jatuhkan dirimu ke jurang kebinasaan
dan kamu katakan, Dosa-dosa kami sudah terlalu banyak dan aib kami sudah
menumpuk dan tidak ada jalan untuk menghapuskannya, sehingga kamu terus menerus
berbuat maksiat dan menghiasi dirimu setiap hari dengannya. Kenalilah Tuhanmu
dengan nama-nama-Nya yang menunjukkan kemurahan-Nya, dan ketahuilah bahwa Dia
menghapuskan dosa-dosa semuanya, baik syirk, membunuh, berzina, berbuat riba,
zalim dan lainnya baik dosa besar maupun kecil.
Sifat-Nya mengampuni dan merahmati, di mana keduanya
adalah sifat yang selalu pada dzat-Nya, pengaruhnya senantiasa mengalir di alam
semesta dan memenuhinya. Kedua Tangan-Nya melimpahkan kebaikan di malam dan
siang dan nikmat-nikmat-Nya senantiasa diturunkan kepada hamba-hamba-Nya baik
di waktu terang-terangan maupun di waktu tersembunyi. Dia lebih suka memberi
daripada menghalangi, rahmat-Nya mendahului kemurkaan-Nya, namun untuk ampunan
dan rahmat-Nya dan untuk memperolehnya ada sebab yang jika tidak didatangi
hamba, maka sama saja ia menutup pintu rahmat dan ampunan bagi dirinya, di mana
sebab yang paling besar dan paling agungnya adalah kembali kepada Allah Swt.
dengan tobat nashuha (yang sesungguhnya), berdoa, bertadharru’ dan beribadah
kepada-Nya. Oleh karena itulah di ayat selanjutnya Allah Swt.mengajak mereka
yang sudah terbenam dalam dosa itu agar kembali dan bersegera menuju
kepada-Nya.
B.
Q.S. An-Najm/53: 39-42
Artinya: 39. dan
manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya,
40. dan sesunggguhnya usaha itu kelak akan diperlihatkan
kepadanya,
41. kemudian dia akan diberi balasan yang paling sempurna,
42.dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu)
Arti
Mufradat
Isi
kandungan
Melalui
ayat ini Allah Swt. berjanji akan memberi balasan sempurna kepada orang yang
mau berusaha keras. Setiap usaha atau ikhtiar untuk memenuhi kebutuhan hidup
hendaknya diawali dengan niat karena Allah Swt. semata. Allah Swt. akan
mengaruniakan pahala berlipat ganda kepada mereka. Pahala tersebut akan menjadi
bekal meraih kebahagiaan di akhirat. Dan amal saleh yang telah mereka lakukan
akan dibalas dengan surga. Surga merupakan balasan sempurna dari Allah Swt.
bagi hamba-hamba-Nya yang saleh. Untuk meraih surga seorang hamba perlu ikhtiar
sekuat tenaga. Di antaranya melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi
laranganNya. Shalat, zakat, puasa dan ibadah lainnya juga merupakan sarana
meraih surga. Ibadah-ibadah tersebut harus dikerjakan dengan penuh ikhlas dan
sungguh-sungguh. Bagi hamba yang beribadah sekedarnya saja, maka dia akan
dibalas oleh Allah Swt. sesuai usahanya itu. Demikian pula dalam urusan
duniawi, setiap manusia akan mendapatkan sesuai hasil usahanya. Manusia harus
bekerja keras agar hidup berkecukupan. jika ingin meraih juara maka ia harus
rajin belajar, berlatih, dan berdoa. Jika ingin menang dalam pertandingan olah
raga, maka ia harus latihan keras dan disiplin. Demikian pula, jika ingin
meraih cita-cita maka harus berikhtiar sekuat tenaga dan berdoa kepada Allah
Swt. Segala usaha kalian dalam meraih cita-cita akan bernilai ibadah jika
niatnya lurus karena Allah Swt. Dengan ikhtiar sekuat tenaga dan niat yang
benar, serta berdoa kepada Allah Swt. maka kesuksesan hidup akan mudah dicapai.
C.
Q.S. Áli Imran/3: 159
Artinya: Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Arti
Mufradat
Isi
kandungan
Ayat
ini mengandung pesan-pesan mulia bagi umat Nabi Muhammad Saw.
1.
Rasulullah saw. memiliki kepribadian yang lemah
lembut, santun, dan berbudi pekerti luhur. Akhlak mulia Rasulullah saw.
tersebut merupakan rahmat dari Allah Swt. Rahmat Allah Swt. merupakan karunia
sangat berharga bagi kehidupan seorang manusia. Kita harus berusaha dan berdoa
supaya mendapat rahmat dari Allah Swt. Usaha-usaha untuk mendapatkan rahmat
Allah Swt. diantaranya dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, melaksanakan
semua perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Rasulullah saw. tidak
bersikap keras dan tidak berhati kasar kepada orang-orang di sekeliling Nabi.
2.
Jika Nabi bersikap keras dan berhati kasar
tentu orang-orang di sekeliling Nabi akan menjauhkan diri. Pada dasarnya setiap
orang ingin diperlakukan lemah lembut dan dihargai pendapatnya. Sikap keras dan
kasar kepada orang lain hanya akan menyemai permusuhan. Padahal Islam
mengajarkan kasih sayang kepada sesama. Sikap santun, lemah lembut seperti ini
harus ditunjukkan dalam pergaulan sehari-hari. Akhlak mulia seperti ini akan
menarik simpati orang lain sehingga mereka makin dekat dan akrab dengan kita.
3.
Melalui ayat ini Allah Swt. memerintahkan Nabi
Muhammad Saw. untuk memaafkan dan memohonkan ampun atas dosa dan kesalahan
orang lain, terutama sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw. Demikian pula dengan
kita, sebelum seseorang meminta maaf kepada kita hendaknya kita memberi maaf
terlebih dahulu. Dengan saling memaafkan maka hidup menjadi tenang, harmonis
dan tercipta kerukunan. Lebih dari itu, ayat ini juga memerintahkan untuk
mendoakan orang lain agar mendapat ampunan dari Allah Swt. Berdoa kepada Allah
Swt. merupakan inti ibadah dalam Islam. Melalui doa itu kita meminta segala
sesuatu kepada Allah Swt. Dan kita berharap Allah Swt. mengabulkan semua doa
kita. Namun, Islam mengajarkan untuk mendoakan orang lain, bukan hanya berdoa
untuk diri sendiri. Di antara doa terbaik untuk orang lain adalah berdoa agar
Allah Swt. mengampuni semua dosa dan kesalahannya.
4.
Nabi Muhammad Saw. adalah manusia paling
sempurna di muka bumi dan tentu bisa menyelesaikan semua masalah dengan
petunjuk Allah Swt. Meski demikian, Nabi Muhammad Saw. bermusyawarah dengan
para sahabat untuk menyelesaikan masalah. Nabi Muhammad saw. mengajak para sahabat
untuk ikut memikirkan solusi atas masalah yang dihadapi ketika itu. Musyawawah
bertujuan mencari solusi terbaik atas sebuah masalah. Agar tujuan ini tercapai,
perlu dijunjung tinggi etika bermusyawarah. Etika tersebut diantaranya bersikap
lemah lembut, santun dalam berpendapat, menghargai pendapat orang lain, dan
tidak mudah menyalahkan orang lain. Jika hasil musyawarah sudah diputuskan maka
semua harus menerima dan melaksanakannya. Hasil musyawarah dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab dan bertawakal kepada Allah Swt. Allah Swt. mencintai
orang-orang yang bertawakal. Tawakal artinya menyerahkan hasil usaha kepada
Allah Swt. Manusia wajib berusaha sekuat tenaga, setelah itu pasrahkan hasilnya
kepada Allah Swt.
D.
Arti Hukum Bacaan Tafkhim dan Tarqiq
Ada
dua hukum bacaan pokok di sini, yakni hukum bacaan yang terkait dengan Lam dan
hukum bacaan yang terkait dengan Ra’. Namun demikian, kedua hukum bacaan ini
pada prinsipnya memunculkan dua bentuk bacaan, yaitu bacaan tebal (tafkhim/mufakhkham)
dan bacaan tipis (tarqiq/muraqqaq). Untuk lebih rinci akan dibahas hukum bacaan
Lam dan Ra’ ini satu persatu.
1. Hukum bacaan Lam
Hukum
bacaan lam yang terkait dengan bacaan tebal dan tipis hanya terdapat dalam
lafazh Jalalah (االله). Bacaan lam dalam lafazh
Jalalah ini ada dua macam, yaitu:
a.
Lam
dibaca tebal
Lam
Jalalah dibaca tebal (tafkhim) dengan cara mengangkat semua lidah dan
menekankannya ke langit-lanigt atas sambil menekankan suara yang cukup kuat,
bila lafazh Jalalah itu didahului
huruf yang berharakat fathah
atau dlammah.
Adapun contohnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tafkhim/tebal |
Lam
Jalalah jatuh setelah harakat fathah |
2 |
|
Tafkhim/tebal |
Lam
Jalalah jatuh setelah harakat fathah |
3 |
|
Tafkhim/tebal |
Lam
Jalalah jatuh setelah harakat dlammah |
4 |
|
Tafkhim/tebal |
Lam
Jalalah jatuh setelah harakat dlammah |
b.
Lam dibaca tipis
Lam Jalalah dibaca tipis
(tarqiq) bila lafazh
Jalalah itu didahului huruf
yang berharakat kasrah.
Adapun
contohnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tarqiq/tipis |
Lam
Jalalah jatuh setelah harakat kasrah |
2 |
|
Tarqiq/tipis |
Lam
Jalalah jatuh setelah harakat kasrah |
2. Hukum
bacaan Ra’
Hukum
bacaan ra’ secara umum ada dua macam, yaitu ra’ yang dibaca tebal,
dan
ra’ yang dibaca tipis. Untuk lebih rincinya dapat dibaca uraian di bawah ini:
a.
Ra’
dibaca tebal
Ra’
dibaca tebal (tafkhim) apabila:
1) Ra’ berharakat
fathah atau fathatain dan yang
berharakat dlammah atau
dlammatain
Adapun
contohnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ berharakat fathah |
2 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ berharakat fathatain |
3 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ berharakat dlammah |
4 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ berharakat dlammatain |
2) Ra’ sukun/mati
atau diwaqafkan yang
jatuh setelah huruf
yang berharakat fathah dan yang berharakat dlammah, atau jatuh setelah mad thabi’i yang berharakat
fathah atau dlammah,
atau jatuh setelah
huruf mati yang didahului harakat
fathah atau dlammah.
Adapun contohnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ sukun didahului harakat fathah |
2 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ disukun karena diwaqafkan dan didahului harakat fathah |
3 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ sukun didahului harakat dlammah |
4 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ disukun karena diwaqafkan dan didahului harakat dlammah |
5 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ disukun karena diwaqafkan dan didahului mad thabi’iy yang berharakat fathah |
6 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ disukun karena diwaqafkan dan didahului mad thabi’iy yang berharakat dlammah |
7 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ disukun karena diwaqafkan dan didahului huruf mati yang jatuh setelah huruf berharakat fathah |
8 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ disukun karena diwaqafkan dan didahului huruf mati yang jatuh setelah huruf berharakat fathah |
3) Ra’ sukun
yang jatuh setelah
huruf yang berharakat
kasrah yang tidak asli. Misalnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ sukun jatuh setelah harakat kasrah yang tidak asli |
2 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ sukun jatuh setelah harakat kasrah yang tidak asli |
3 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ sukun jatuh setelah harakat kasrah yang tidak asli |
4 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ sukun jatuh setelah harakat kasrah yang tidak asli |
4) Ra’ sukun
yang jatuh setelah
huruf yang berharakat
kasrah yang asli, tetapi
setelah ra’ berupa
huruf isti’la’, yaitu ظ
ق ط غ ض ص خ yang biasa terkumpul dalam kalimat:
Adapun
contohnya seperti di bawah ini:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ sukun jatuh setelah harakat kasrah dan sesudahnya huruf shad |
2 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ sukun jatuh setelah harakat kasrah dan sesudahnya huruf tha |
3 |
|
Tafkhim/tebal |
Ra’ sukun jatuh setelah harakat kasrah dan sesudahnya huruf shad qaf |
b. Ra’ dibaca tipis
Ra’ dibaca tipis (tarqiq) apabila:
1)
Ra’ berharakat
kasrah baik di
permulaan, di tengah,
maupun di akhir kata,
dan baik
pada
kata benda
maupun
kata kerja Adapun contohnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ berharakat kasrahdi awal kata |
2 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ berharakat kasrahdi tengah kata |
3 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ berharakat kasrahdi akhir kata |
4 |
|
Tarqiq/tipis |
|
2)
Ra’
dimatikan karena diwaqafkan dan didahului harakat kasrah. Contoh:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ dimatikan karena diwaqafkan
dan didahului harakat kasrah |
2 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ dimatikan karena diwaqafkan
dan didahului harakat kasrah |
3)
Ra’
sukun/mati dan didahului oleh harakat kasrahasli dan sesudahnya tidak berupa
huruf isti’la’. Contoh:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ mati karena didahului
harakat kasrah asli dan sesudahnya
tidak huruf isti’la’ |
2 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ mati karena didahului
harakat kasrah asli dan sesudahnya
tidak huruf isti’la’ |
4)
Ra’
dimatikan karena diwaqafkan dan didahului huruf ya’ sukun (ي). Contoh:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ dimatikan karena diwaqafkan dan didahului ya’ sukun (ي) |
2 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ dimatikan karena diwaqafkan dan didahului ya’ sukun (ي) |
5)
Ra’ dimatikan
karena diwaqafkan dan
didahului huruf bersukun
yang yang tidak terdiri
dari huruf isti’la’
dan sebelumnya huruf
berharakat kasrah. Contoh:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ dimatikan karena diwaqafkan dan
didahului huruf mati
yang bukan huruf isti’la’ dan sebelumnya huruf
berharakat kasrah |
Jika
sebelum ra’ yang dimatikan itu huruf mati yangterdiri dari huruf isti’la’ dan
didahului
huruf yang berharakat kasrah maka harus
dibaca tafkhim (tebal).
Contoh:
No. |
Contoh bacaan |
Hukum bacaan |
keterangan |
1 |
|
Tarqiq/tipis |
Ra’ dimatikan karena diwaqafkan dan
didahului huruf mati
yang terdiri dari huruf isti’la’ dan sebelumnya huruf
berharakat kasrah |
E. Perilaku Optimis, Ikhtiar, dan Tawakal
1.
Optimis
a. Pengertian
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud optimis adalah
orang yang selalu berpengharapan baik dalam menghadap segala hal atau
persoalan. Sifat optimis adalah sifat orang yang memiliki harapan positif dalam
menghadapi segala hal atau persoalan. Kebalikan dari optimis adalah pesimis.
b. Ciri-ciri Perilaku Optimis
· Seorang
muslim yang memiliki sifat optimis akan selalu berpikiran positif dan
berprasangka baik kepada Allah Swt.
· Seseorang
yang bersifat optimis akan tetap semangat menghadapi semua permasalahan. Jika
tidak berhasil menyelesaikan suatu permasalahan, maka dia akan mencoba lagi
untuk kedua kalinya, jika gagal kedua kalinya, akan mencoba lagi untuk ketiga
kali, sampai berhasil.
· Ia
memiliki harapan yang baik pada saat sebelum melakukan suatu pekerjaan.
Melakukannya dengan sepenuh hati dan perasaan senang serta Pada saat
melaksanakan suatu pekerjaan. orang yang optimis mensyukuri keberhasilannya dan
mengevaluasi kekurangannya, setelah selesai melakukan suatu pekerjaan.
·
Melihat segala sesuatu sebagai sebuah
kesempatan, peluang, dan kemungkinan.
·
Orang yang optimis biasanya ditandai dengan
wajah yang berseri-seri dan mudah untuk tersenyum.
2.
Ikhtiar
a. Pengertian
Ikhtiar
adalah berusaha bersungguh - sungguh untuk mencapai harapan, keinginan, atau
cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu maka ia harus mau berusaha
atau berupaya untuk meraihnya.
b. Contoh-contoh ikhtiar
· Orang
yang ingin pandai harus berusaha dengan rajin belajar.
· Orang
yang ingin hidup berkecukupan harus berusaha dengan rajin bekerja.
· Orang
yang ingin memiliki tabungan harus berusaha hidup hemat atau mengurangi
pengeluaran.
· Orang
yang ingin sehat harus berusaha dengan rajin menjaga kebersihan dan berolah
raga.
· Orang
yang sedang sakit dan ingin sembuh harus berobat. Usaha-usaha tersebut
merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh manusia.
Dengan
demikian tidak dibenarkan orang yang mempunyai keinginan itu hanya berdiam diri
tanpa ada upaya sama sekali. Selanjutnya usaha tersebut diikuti dengan doa,
memohon kepada Allah Swt. agar keinginan tersebut dapat terwujud.
3.
Tawakal.
a. Pengertian
Tawakal
artinya berserah diri kepada Allah Swt. atas hasil usaha kita setelah berusaha
dengan sungguh-sungguh dan berdoa.
Misalnya:
·
saat menghadapi ulangan kamu sudah belajar
dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikan soal-soal dengan cermat dan teliti.
Setelah itu kamu pasrah dan menyerahkan keputusan atas hasil usaha kamu kepada
Allah Swt.
·
seseorang telah bekerja mencari nafkah dengan
sungguh-sungguh. Berapa pun hasilnya ia pasrahkan sepenuhnya kepada Allah Swt.
Ia meyakini bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki, Maha Pemurah, dan
Maha Kaya.
b. Keutamaan Perilaku Tawakal
·
Kepribadian tawakal ini merupakan salah satu
akhlak terpuji. Seseoran yang memiliki sikap tawakal berarti telah memiliki
modal awal yang baik. Seandainya hasil usahanya tidak memuaskan maka ia dapat
menerima dengan lapang dada dan penuh kesabaran. Sebaliknya, jika hasil
usahanya sangat memuaskan maka ia tidak merasa sombong dan angkuh karena hal
itu semata-mata karunia dari Allah Swt.
·
Seseorang yang menyertakan tawakal dalam setiap
tindakan dan usahanya akan berdampak positif terhadap kepribadiannya. Dampak
positif ini terlihat tidak hanya ketika usahanya berhasil. Namun juga terlihat
ketika usahanya tidak berhasil. Orang yang tawakal tetap menanggapinya dengan
positif.
c. Ciri-ciri Orang Yang Tawakal.
·
Kalau usahanya sukses, orang yang tawakal
meyakini bahwa kesuksesan itu merupakan karunia Allah Swt. yang harus disyukuri
dan tidak perlu menjadi tinggi hati.
·
Kalau usaha tidak sukses, orang yang tawakal
tidak berputus asa dan tetap berusaha. Bahkan dia melakukan introspeksi diri
mengapa usahanya tersebut belum berhasil. Apakah ada sesuatu yang kurang atau
ada yang ia kerjakan dengan tidak sungguh-sungguh. Orang yang tawakal tetap
meyakini bahwa kegagalan merupakan keberha-silan yang tertunda.
0 comments:
Posting Komentar